Hindari Ruam Dari Pemakaian Popok Pada Bayi Anda

Saat buah hati Anda hadir pertama kali di dunia, memilih popok bayi yang tepat bisa menjadi salah satu hal yang dikhawatirkan oleh ayah dan ibu.

Hal ini dikarenakan popok yang akan digunakan setiap hari dapat mempengaruhi kesehatan kulit bayi. Memilih popok yang salah dapat mengiritasi kulit bayi Anda yang mengakibatkan bintik-bintik merah dan gatal, atau dikenal sebagai ruam popok.

Jangan khawatir, karena sebenarnya kita bisa mencegah hal ini, Bu. Pada dasarnya popok harus dapat menjaga kulit bayi tetap kering, menjaga keseimbangan pH kulit, dan tidak mengiritasi kulit.

Popok bayi terus berkembang selama berabad-abad. Jika dulu ibu kita bergantung pada popok kain yang harus segera diganti saat bayi buang air kecil atau buang air besar, kini tersedia banyak pilihan popok sekali pakai, serta popok kain modern yang lucu di pasaran. Nah, mana yang harus dipilih untuk pencegahan ruam popok? Sebelumnya, mari kita pelajari bersama tentang ruam popok.
Alasan munculnya ruam popok

Ruam popok adalah peradangan pada kulit (dermatitis) yang terjadi akibat kontak dengan zat yang mengiritasi. Hingga 7%-35% bayi usia 9-12 bulan menderita ruam popok. Melihat angka tersebut, Anda tidak perlu terlalu khawatir, karena ruam popok sangat mungkin untuk dihindari. Untuk mencegah ruam popok, cari tahu dulu yuk, tiga hal yang bisa menyebabkan ruam popok muncul:

1. Iritasi kulit

Banyak faktor yang dapat mengiritasi kulit bayi, yang dapat menyebabkan ruam popok. Popok basah meningkatkan gesekan antara kulit bayi dan permukaan popok. Apalagi jika popoknya terlalu ketat. Gesekan dapat merusak kulit halus bayi Anda, sehingga iritasi mudah masuk ke dalam popok.

Feses dan urine akan meningkatkan pH sehingga kulit bayi menjadi lebih basa. Oleh karena itu, kondisi basa ini dapat memperparah iritasi 1, 3. Selain itu, berbagai zat dalam tinja sangat mengiritasi kulit. Selain itu, enzim tertentu dalam feses memudahkan iritan lain masuk ke lapisan kulit.

2. Infeksi

Peningkatan pH kulit akibat terkena urine/feses pada popok tidak hanya menyebabkan iritasi. Sayangnya, hal ini juga dapat menyebabkan pertumbuhan jamur Candida albicans yang berlebihan, yang dapat menyebabkan infeksi. Jika ada infeksi, ruam popok menjadi lebih parah.

3. Reaksi alergi

Reaksi alergi bisa terjadi jika bayi alergi terhadap bahan atau zat tertentu di dalam popok. Selain itu, bayi Anda juga bisa sensitif terhadap aroma atau kandungan alkohol pada tisu basah yang sering digunakan untuk membersihkan area popok. Oleh karena itu, Bunda, kenali dulu alergen pada anak agar hal ini bisa dihindari di kemudian hari.

Salah satu cara mengatasi ruam popok adalah dengan memilih popok yang lembut dan menyerap dengan baik untuk membantu menjaga kesehatan kulit bayi Anda. Popok kain tradisional hanya terdiri dari satu lapisan. Sedangkan popok modern dan kain memiliki tiga lapisan, yaitu lapisan dalam yang menyentuh kulit bayi, lapisan dasar yang berfungsi sebagai penyerap, dan lapisan luar yang kedap cairan 1, 3.

Karena menyentuh kulit, lapisan dalam popok bayi terbuat dari bahan yang lembut dan dapat bernapas sehingga urin dan feses dapat langsung masuk ke lapisan bawah. Beberapa popok sekali pakai memiliki formulasi khusus yang ditambahkan dalam bentuk bahan emolien – misalnya lidah buaya dan petrolatum 3, 4 – untuk mencegah kulit bayi Anda terlalu basah dan teriritasi.

Di lapisan dasar popok terdapat bahan yang dapat dengan cepat menyerap cairan, serta menyimpan dan mengunci cairan – misalnya selulosa, atau yang berubah menjadi gel jika terkena cairan. Pada saat yang sama, bagian luarnya Lapisan berfungsi untuk mencegah kebocoran cairan pada inti lapisan, sehingga biasanya terbuat dari bahan yang tahan air, yaitu tahan air. Ada juga yang terbuat dari bahan breathable untuk mengurangi kelembapan pada area popok. Meski berpori, bukan berarti cairan di dalam popok bisa bocor keluar. Bahan berpori yang digunakan hanya memungkinkan uap air menguap, namun tetap menahan cairan di lapisan ini agar tidak merembes keluar.

Ada popok sekali pakai yang memiliki lapisan perolehan yang terjepit di antara lapisan dalam dan lapisan dasar. Fungsinya untuk sementara menyerap dan menahan cairan, sedangkan substrat menyerapnya. Dengan demikian, cairan tidak bersentuhan dengan kulit bayi dalam waktu lama. Lapisan ini juga berfungsi untuk mendistribusikan cairan secara merata ke lapisan dasar.

Tinggalkan Balasan